Wajibkah Muslimah Berhijab? 

Muslimah-LenSaMediaNews

Oleh : Cokorda Dewi

 

LenSaMediaNews.Com–Sejak Kekhilafahan Utsmaniyyah runtuh, runtuh pula kejayaan Islam. Sejak itu pula umat muslim menjadi terpecah belah.

 

Pengaruh paham liberalisme (mengutamakan kebebasan individu), pluralisme (menganggap semua agama adalah sama), sekulerisme (memisahkan antara urusan kehidupan dengan agama), dan kapitalisme (mengutamakan keuntungan materi semata) yang menyebabkan degradasi dalam pemahaman Islam.

 

Fenomena di masyarakat saat ini, bahwa mengenakan hijab/jilbab adalah urusan pribadi, sehingga siapa saja tidak berhak untuk ikut campur, karena merupakan hak asasi individu. Menganggap bahwa semua perempuan mempunyai hak yang sama atas tubuhnya sendiri, baik dalam berekspresi ataupun menunjukkan eksistensinya tanpa harus menunjukkan identitas agama.

 

Ibadah adalah urusan pribadi dengan Sang Pencipta. Bahkan sebagai pembenaran diri atas tidak berhijab, beranggapan bahwa “lebih baik menjilbabi hati terlebih dahulu sebelum berjilbab/berhijab”. Mereka menganggap untuk mendapatkan pahala tidak hanya melalui berhijab, bisa juga dengan jalan lainnya, bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Penyayang dan Maha Pengasih.

 

Pendapat “lebih baik menjilbabi hati lebih dulu dari pada berjilbab”, adalah hal yang tidak sinkron, karena merupakan perkara yang berbeda. Akhlak seseorang tidak terkait dengan ketaatan kepada Allah. Seharusnya seorang muslim memiliki akhlak Islami, yaitu memiliki akhlak yang berlandaskan pada aqidah Islam.

 

Tidak cukup hanya memiliki akhlak yang baik saja, tanpa dilandasi dengan pemahaman Islam. Analoginya adalah seseorang menggunakan helm ketika berkendara motor, semata-mata hanya karena bentuk ketaatan pada peraturan pemerintah, dan ketaatan ini tidak ada hubungannya dengan akhlak seseorang, apakah akhlaknya baik atau buruk. Jadi tidak perlu juga meng-helm-kan hati terlebih dahulu sebelum berhelm dijalanan.

 

Pendapat bahwa “urusan tidak berhijab adalah urusan pribadi”. Hal ini tidak sesuai dengan perintah Allah yang mewajibkan setiap muslim untuk selalu saling mengingatkan dalam kebaikan (QS. Al Ashr : 1 – 3), untuk selalu amal ma’ruf nahi munkar, sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT. sebagaimana firmanNya, yang artinya, ” Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu“. (TQS. Adz Dzariyat : 56).

 

Dalam Islam, memisahkan urusan agama dengan kehidupan, sama halnya dengan bermaksiat kepada Allah, menunjukkan ketidaktaatan kita akan perintah Allah SWT. Seharusnyalah sebagai umat muslim wajib mentaati perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah, tidak hanya menerima sebagian-sebagian ayat saja (QS. Al Baqoroh : 208).

 

Sebab seluruh aspek kehidupan telah diatur oleh Allah SWT sebagai Al Muddabir (Sang Pengatur). Aturan Allah atau Syari’at Allah terjabarkan dalam Al Qur’an dan Al Hadits, termasuk cara berpakaian umat muslim, yang merupakan wilayah hablumbinafsi, yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

 

Allah SWT memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk menutup aurat dari orang-orang yang bukan mahrom-nya. Menurut Ahli Fikih, aurat merupakan bagian tubuh yang ditutupi sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dan para Rasul.

 

Ada banyak sekali dalil tentang kewajiban menutup aurat bagi umat muslim. Menutup aurat dengan mengenakan hijab/jilbab, yaitu pakaian yang menutupi pakaian, berupa seperti terowongan, tanpa potongan, yang tidak menampakkan lekuk tubuh, serta mengenakan khimar/kerudung hingga menjulur menutupi dada. ( QS. Al A’rof : 26 ; QS. Al Ahzab : 59 ; dan QS. An Nur : 31).

 

Rasulullah saw. bersabda, “Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan.” (HR. Abu Daud).

 

Kewajiban menutup aurat ini, sebagaimana kewajiban mendirikan salat, membayar zakat (QS. Al Baqoroh : 43), serta menjalankan ibadah puasa (QS. Al Baqoroh: 183). Jika dilanggar, ada konsekwensi dosa dan kelak dipertanggungjawabkan di akhirat (yaumul akhir).

 

Allah Maha Penyayang lagi Maha Pengasih, akan tetapi kita tidak pernah tahu amalan mana akan mendatangkan rahmat Allah (kasih sayang Allah), dan adakah amalan kita yang justru mendatangkan murka Allah.

 

Tetap berusaha dalam ketaqwaan kepada Allah, agar termasuk sebagai orang-orang yang mendapat kemenangan (QS. An Nur : 52). Sesungguhmya kehidupan yang abadi adalah di akhirat, di dunia ini hanyalah sementara. Wallahu ‘alam bishshowab. [LM/ry].