Muslimah Melek Politik: Bukan Penonton, Tapi Penentu Arah Peradaban” 

Merah Muda dan Putih Bunga Kajian Islam Muslimah Instagram Post_20250622_202436_0000

Oleh: Nettyhera 

(Pengamat Kebijakan Publik)

 

Di tengah riuh politik yang kerap membuat muak, banyak umat Islam merasa politik itu kotor, penuh tipu daya, dan bukan bagian dari agama. Tak sedikit ibu-ibu, pemuda, bahkan aktivis dakwah sekalipun memilih menjauh dari politik. Mereka berpikir, lebih baik fokus pada ibadah, mendidik anak, atau berdakwah secara pribadi saja.

Padahal, justru ketika politik ditinggalkan orang-orang beriman, yang menguasainya adalah mereka yang tak peduli halal dan haram. Lalu siapa yang akan menjaga masa depan generasi? Siapa yang akan menyuarakan keadilan saat sistem menindas umat? Ketika ruang-ruang kekuasaan dibiarkan dikuasai oleh mereka yang buta akan syariat, maka kehancuran demi kehancuran akan terus diwariskan, termasuk kepada generasi kita.

 

Islam Tak Pernah Lepas dari Politik

Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat. Islam juga mengatur urusan kekuasaan, hukum, kepemimpinan, ekonomi, dan hubungan antarbangsa. Itulah mengapa politik adalah bagian tak terpisahkan dari Islam.

Rasulullah ﷺ bukan hanya seorang Rasul, tapi juga kepala negara. Beliau membentuk pemerintahan di Madinah, menetapkan perjanjian internasional, memimpin pasukan, mengatur perekonomian, dan menegakkan hukum Islam. Semua ini adalah aktivitas politik syar’i.

 

Apa Itu Politik dalam Islam?

Dalam Islam, politik (siyasah) adalah aktivitas mengurus urusan umat dengan hukum Islam, baik oleh individu, partai, maupun negara. Tujuannya bukan kekuasaan semata, tapi penerapan hukum Allah demi kemaslahatan umat manusia.

Politik dalam Islam tidak berprinsip “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,” tapi: “Dari Allah, oleh syariat, untuk kemaslahatan umat.”

 

Dimensi Politik Islam: Peran Individu, Partai, dan Negara dalam Mengurus Urusan Umat

1. Politik oleh Individu. Setiap Muslim adalah bagian dari umat. Ia wajib menyampaikan kebenaran (amar ma’ruf nahi mungkar). Mengoreksi penguasa yang zalim. Peduli terhadap urusan kaum Muslimin dan nasib umat Islam di mana pun.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Barang siapa yang bangun di pagi hari dan tidak memikirkan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan mereka.” (HR. Thabrani)

Hadis ini menegaskan bahwa setiap Muslim harus peduli terhadap urusan umat, politik bukan hanya urusan elite, tapi tanggung jawab setiap individu Muslim.

2. Politik oleh Partai Politik Islam. Dalam Islam, partai (hizb) bukan untuk merebut kursi kekuasaan demi kepentingan kelompok. Partai Islam sejati, dibentuk untuk menyeru pada kebaikan, amar ma’ruf nahi mungkar. Menyampaikan opini Islam, mengoreksi penguasa, dan menyadarkan umat akan kewajiban menegakkan syariat.

Allah SWT berfirman:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)

3. Politik oleh Negara Islam (Khilafah). Negara adalah pelaksana syariat Islam secara menyeluruh. Aktivitas politik negara dalam Islam meliputi, menerapkan hukum Islam dalam seluruh aspek (ekonomi, pidana, peradilan, dll.). Melindungi rakyat dan menjamin kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan). Melaksanakan jihad sebagai kebijakan luar negeri. Mengelola kepemilikan umum (sumber daya alam) untuk kemaslahatan rakyat, bukan swasta atau asing. Negara dalam sistem Islam bukan alat partai atau korporasi, tapi pelayan umat dan penjaga agama.

Gagalnya Politik Sekuler, Bangkitkan Kembali Politik Islam

Hari ini, kita menyaksikan realitas yang menyakitkan, korupsi telah menjadi bagian dari sistem, bukan lagi sekadar penyimpangan; kekayaan alam bangsa dijual kepada pihak swasta dan asing; dan panggung politik berubah menjadi arena perebutan kekuasaan, bukan tempat melayani kepentingan umat.

Semuanya ini terjadi karena politik dilepaskan dari agama. Demokrasi sekuler telah memisahkan antara kehidupan dan wahyu. Maka lahirlah sistem politik yang transaksional, manipulatif, dan penuh kepentingan.

Kita tidak bisa terus berharap perubahan dari sistem yang telah rusak sejak akar. Kita perlu kembali pada sistem politik Islam.

 

Solusi Islam: Menerapkan Sistem Politik Syariah

Islam memiliki sistem politik yang terstruktur, bersumber dari wahyu, dan pernah diterapkan selama lebih dari 13 abad. Dalam sistem ini, di bawah kepemimpinan Islam, seorang Khalifah tak hanya mengatur urusan dunia, tapi juga memastikan hukum Allah berlaku atas semua tanpa kecuali. Pelayanan kepada rakyat menjadi ibadah, bukan alat pencitraan. Korupsi tak diberi ruang karena hukum ditegakkan dengan cepat dan adil. Pendidikan disediakan negara untuk mencetak generasi pemimpin dan pejuang Islam.

Khilafah bukan impian, tapi warisan sejarah umat Islam. Di masa Umar bin Abdul Aziz, rakyat begitu sejahtera hingga tak ditemukan lagi orang yang mau menerima zakat. Di masa Harun al-Rasyid, peradaban Islam menjadi mercusuar dunia dalam ilmu, teknologi, dan keadilan.

 

Saatnya Umat Kembali Peduli pada Politik Islam

Wahai para muslimah penjaga peradaban, sadarilah bahwa urusan politik bukan hanya milik para pejabat. Kita pun akan ditanya, apakah telah peduli pada kondisi umat atau memilih diam saat hukum Allah diabaikan. Bukan kekuasaan yang kita cari, tapi keridhaan-Nya dan tegaknya keadilan.

Politik Islam bukan sekadar urusan kekuasaan, tapi jalan untuk menegakkan hukum Allah dan meraih ridha-Nya. Siapa pun yang beriman, wajib peduli terhadap urusan umat dan mendukung perjuangan politik Islam yang ideologis.

Mari kita bangkit. Mari kita pikirkan nasib umat, masa depan anak-anak kita, dan pertanggungjawaban kita di hadapan Allah kelak.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum Muslimin, dan umat Islam secara umum.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa memberi nasihat kepada pemimpin dan umat adalah bagian dari agama. Maka, terlibat dalam politik Islam adalah bentuk nyata dari nasihat dan cinta kita terhadap umat.

Karena muslimah bukan hanya penjaga rumah, tapi penjaga peradaban Islam. Mari berpolitik berlandaskan Islam. Mari menjadi bagian dari solusi. Bukan sekadar penonton, tapi pelaku perubahan menuju tegaknya islam di muka bumi.

 

[LM/nr]