Bencana Alam Dalam Perspektif Islam

BencanaAlam-LenSaMediaNews

Oleh : Cokorda Dewi

Aktivis Muslimah Bali

 

LenSaMediaNews.Com–Berbagai bencana alam telah terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti banjir bandang, longsor, angin puting beliung, hingga gunung meletus. Banyak warga yang menjadi korban, dan ada juga yang belum terevakuasi, disebabkan kendala cuaca ekstrim, medan, dan keterbatasan tim dari BNPB dan BPBD.

 

Sebagaimana dilansir dalam berbagai media online, banjir kepung sejumlah wilayah Sulteng, Aceh, hingga Sumbar. Bahkan terjadi gelombang pasang menghantam pesisir Desa Busak 1, Kab. Buol. (CNN Indonesia, 23-11- 2025).

 

Sejak akhir November lalu, banjir bandang dan longsor menimpa wilayah Tapanuli dan Kota Sibolga, hal ini disinyalir karena adanya penebangan kayu yang masif dan pertambangan emas. (BBC News, 26-11-2025).

 

Bencana longsor di wilayah Banjarnegara. Desa Cibeunying, Jawa Barat , terjadi longsor yang diduga akibat dari adanya retakan tanah. (Mongabay Indonesia, 19 Nov 2025). Serta bencana longsor di daerah Galian C, Gunung Kuda, Palimanan, Jawa Barat. (Mongabay Indonesia, 3-6-2025).

 

Mengapa bencana alam terjadi?

 

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana alam, seperti curah hujan tinggi, kondisi geologi dan lereng curam, kondisi tanah yang labil, gempa bumi, gunung meletus, penggundulan hutan (deforestasi) yang diperuntukkan sebagai lahan perkebunan, pemukiman, atau kegiatan lainnya.

 

Dan juga akibat dari aktivitas manusia, yaitu kesalahan tata kelola ruang hidup dan lingkungan, banyak lahan hijau yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, industri, dan sebagainya.  Adanya reklamasi yang bisa menyebabkan perubahan arus air laut sehingga bisa berdampak timbulnya abrasi di wilayah pantai lainnya.

 

Pemotongan atau penambangan bukit tanpa adanya analisis dampak lingkungan, apalagi tidak memperhatikan drainase di dasar perbukitan akan berakibat lemahnya struktur lereng sehingga menyebabkan longsor. Penumpukan sampah di aliran sungai atau drainase juga penyebab terjadinya banjir di pemukiman.

 

Banyaknya jatuh korban jiwa disebabkan penanganan bencana alam lamban, yang menunjukkan lemahnya sistem mitigasi yang tidak komprehensif, baik pada individu, masyarakat, dan negara. Negara seharusnya bertanggungjawab penuh dalam penanganan bencana, menyiapkan kebijakan preventif dan kuratif.

 

Bencana alam dalam perspektif Islam.

 

Paradigma Islam dalam hal bencana, memiliki dua aspek,  yaitu ruhiyah dan siyasiyah. Dimensi ruhiyah, memaknai bencana sebagai tanda kekuasaan Allah. Dimensi siyasiyah terkait tata kelola ruang hidup dan lingkungan, serta sistem mitigasi bencana.

 

Islam dalam dimensi ruhiyah mengedukasi melalui pemahaman ayat-ayat Al-Quran serta hadis tentang bencana alam yang diakibatkan oleh manusia, bahwa merusak alam itu suatu dosa, dan membahayakan kehidupan manusia.

 

Umat Islam akan bisa memahami bahwa bencana alam terjadi tidak hanya semata-mata karena Iradah Allah, sebab dalam pemahaman Qadar Allah, ada wilayah yang dikuasai oleh manusia, di mana manusia diberi khasiat (kemampuan dalam diri) dan dengan khasiatnya ini, manusia memenuhi ghorizah (naluri) diberikan qabiliyah (potensi) untuk bebas memilih amalan apa yang akan dikerjakan, apakah amalan baik atau buruk, semuanya ada pertanggungjawaban di akhirat kelak.

 

Bencana alam terjadi bisa sebagai ujian atau peringatan, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Ar Rum: 41 (tentang peringatan akibat kerusakan yang dilakukan, dan menyeru agar kembali ke jalan Allah), dan QS. Al Baqarah : 155 (tentang ujian kesabaran bagi orang-orang beriman dan bertaqwa dalam menghadapi bencana).

 

Pada dimensi siyasiyah, negara dalam Islam akan melakukan mitigasi bencana secara serius dan komprehensif dalam rangka menjaga keselamatan rakyatnya, baik dalam mitigasi struktural, yaitu seperti upaya fisik atau pembangunan infrastruktur, reboisasi lereng, penanaman mangrove di pantai, maupun mitigasi non struktural, seperti upaya non fisik, yaitu edukasi dan pelatihan kebencanaan, pemetaan rawan bencana, peraturan tata ruang, sistem peringatan dini, dan simulasi evakuasi.

 

Saat bencana terjadi karena Iradah Allah, maka negara hadir di tengah rakyat sebagai bentuk pertanggungjawaban, yaitu dengan memberikan bantuan secara layak, pendampingan, hingga para korban bencana mampu menjalani kehidupannya secara normal kembali pasca bencana. Wallahu’alam bishshowab. [LM/ry].