Darurat Polusi di Bekasi, Butuh Solusi Pasti

20230909_114714

Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi

 

Lensa Media News-Waspada! Kata ini tepat untuk mengingatkan kepada penduduk Bekasi bahwa kondisi udara kotanya sedang tidak baik-baik saja. Sebagaimana kota-kota besar kawasan Jabodetabek, Bekasi termasuk kota dengan tingkat polusi udara yang berbahaya.

 

Berdasarkan situs resmi IQAir, indeks kualitas udara (AQI) di Kota Bekasi mencapai 155 dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 64.2 mikrogram per meter kubik. Kondisi ini diperiksa pada pukul 04.00 WIB. Selang 3 jam kemudian, AQI Kota Bekasi menjadi 174 dengan konsentraai polutan utama PM.2.5 sebrsar 99, 5 mikrogram per meter kubik (Infobekasi.co.id, 15/8/2023).

 

Untuk diketahui, rentang nilai AQI adalah mulai dari 0 hingga 500. Angka 0-50 adalah kualitas udara berkategori baik, 51-100 berkualitas sedang. Lebih dari 100 menunjukkan kondisi udara yang tidak sehat, dengan kategori nilai 101-150 adalah kualitas udara yang tidak sehat untuk kelompok sensitif seperti orang mengidap penyakit paru dan jantung ataupun orang lanjut usia, sedangkan nilai 151-200 masuk dalam kategori tidak sehat bagi semua orang. Berdasarkan rentang nilai ini maka kualitas udara di Bekasi terkategori tidak sehat untuk semua orang.

 

“Tancap Gas” Atasi Polusi Ala Pemkot Bekasi

 

Gonjang-ganjing masalah polusi di Bekasi langsung ditanggapi oleh Pemerintah Bekasi dengan mencari solusi pencegahan dan penanggulangan polusi dengan membentuk Forum Kota Bekasi Sehat. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain menggunakan energi ramah lingkungan, uji emisi kendaraan, rekayasa lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, penanaman pohon serta menggenjot pembangunan Ruang Hijau Terbuka (RTH), serta mengedukasi masyarakat (tvonenews.com, 16/8/2023).

 

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga turut menyumbang usul guna mengatasi polusi di wilayah Jabodetabek. Kang Emil mengusulkan agar ASN di lingkungan Bogor, Depok, dan Bekasi melakukan WHF (Work From Home) demi mengurangi jumlah kendaraan yang lalu lalang penyebab polusi. Langkah berikutnya yang akan dilakukan Kang Emil adalah mengimbau kepada pemilik industri untuk menggunakan alat peredam polusi yang dipasang pada cerobong, agar asap yang dihasilkan terkonversi menjadi cair (Tempo.co, 19/8/2023).

 

Butuh Solusi Strategis dan Pasti Atasi Polusi

 

Persoalan polusi adalah masalah yang telah lama mengintai dan belum menemukan solusi jitu untuk menanganinya. Selama ini solusi yang diberikan baru sebatas solusi jangka pendek, belum menyentuh kepada akar masalahnya. Bahkan pemerintah terkesan baru bertindak ketika polusi semakin gawat. Tidak ada langkah sebelumnya. Benarlah ungkapan netizen negeri +62 tentang sikap petinggi negeri ini dalam mengurus rakyatnya, viralkan dulu bertindak kemudian. Miris!

 

Penanggulangan polusi tidaklah sesederhana yang kita kira. Butuh pemikiran strategis dari pemangku kebijakan dengan melihat akar permasalahan secara jeli mengenai penyebab polusi di Bekasi dan kota-kota besar lainnya. Jika ditelusuri penyebab polusi di Bekasi bisa berasal dari beberapa sumber, yaitu emisi kendaraan berbahan bakar fosil, industri, dan sampah.

 

Sebagai penyangga ibu kota, mobilitas masyarakat Bekasi termasuk tinggi. Pada jam kerja akan terlihat betapa padatnya jalan raya penghubung Bekasi dan Jakarta atau di dalam Kota Bekasi sendiri. Masyarakat sudah diimbau untuk beralih kepada sarana transportasi massal untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi, namun jumlah kendaraan yang tidak memadai dan perhitungan biaya transportasi yang mahal menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat Bekasi. Selain transportasi massal, kendaraan berbahan bakar non fosil pun saat ini tengah gencar dipromosikan sebagai alternatif kendaraan ramah lingkungan. Namun dengan harganya yang selangit, hanya segelintir orang saja yang mampu beli. Lagi-lagi tidak solutif!

 

Sektor industri seyogianya mendapat perhatian serius agar menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan juga pengelolaan limbah yang baik agar tidak menghasilkan polusi. Pengawasan dan sanksi tegas patut diberlakukan bagi yang melanggar. Selain itu, pembangunan kota yang bersifat kapitalistik menjadikan Kota Bekasi minim ruang terbuka hijau dan pepohonan. Alhasil tak ada penyerap polutan yang cukup.

 

Allah Swt. telah mengingatkan bahwa segala kerusakan yang terjadi di muka bumi adalah akibat ulah manusia sendiri. Allah Swt. berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum/30: 41).

 

Allah Swt. juga menginginkan agar manusia kembali ke jalan yang benar yaitu jalan yang seauai dengan aturan Nya. Negara sebagai pihak yang diberikan amanah untuk menjalankan urusan umat seyogianya bersegera mencari solusi jangka pendek maupun panjang. Seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menjaga kehidupan rakyatnya dari segala macam bentuk bahaya. Inilah cerminan pemimpin yang amanah dan dicintai rakyatnya. [LM/ry]