Gaza, Khilafah, dan Dilema Barat

20250607_200527

 

Oleh Syifaul Afida

 

 

LensaMediaNews.com, Opini_ Respon dunia terhadap kondisi destruktif di Gaza beragam. Sebagian pihak menyatakan kekecewaan atas tindakan Israel, terutama yang melanggar perjanjian gencatan senjata. Upaya internasional, seperti menengahi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera, juga merupakan bagian dari respon global untuk mengatasi krisis kemanusiaan tersebut. Selain itu, umat juga semakin sering menyelenggarakan konferensi. Di antaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-34 di Baghdad pada 17 Mei 2025 yang menghasilkan rencana rekonstruksi Gaza dan Konferensi tentang Pembangunan Kembali Pendidikan Tinggi di Gaza diselenggarakan oleh Fakultas Kebijakan Publik Universitas Hamad Bin Khalifa (HBKU). Dalam pertemuan puncak tahunan di Baghdad para pemimpin arab berkumpul pada hari Sabtu menyerukan diakhirinya segera serangan Israel terhadap Jalur Gaza dan agar bantuan diizinkan masuk ke wilayah Palestina tanpa syarat. Mereka berjanji untuk berkontribusi pada rekonstruksi wilayah tersebut setelah perang berhenti. (Ctvnews, 17-05-2025)

 

 

Berbagai upaya telah dilakukan, namun hingga kini Gaza masih terjajah dan jumlah korban terus bertambah. Syariat Islam yang paripurna telah memberikan solusi untuk menghadapi penjajahan, yaitu jihad. Dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 190 menjelaskan hal ini. Namun, jihad tidak akan terlaksana tanpa adanya khilafah, institusi yang memimpin persatuan umat Islam.
Alhamdulillah, di tengah umat Islam, ada yang menyerukan jihad dan Khilafah sebagai solusi syar’i untuk penjajahan di Palestina. Seperti Konferensi Gaza yang diselenggarakan oleh Partai Politik Islam Hizbut Tahrir di Ankara. Selain Hizbut Tahrir, seruan jihad untuk Gaza juga berkumandang dari pemuda muslim di berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta oleh para Syaikhul Islam di negeri-negeri kaum muslimin. Bahkan, seorang perwira dari Pakistan menyerukan umat Islam untuk berjihad ke Gaza.

 

 

Kembalinya kesadaran umat akan pentingnya Khilafah dan penerapan seluruh syariat Islam telah memicu diskusi tentang dampak situasi Gaza terhadap dinamika regional. Terdapat kekhawatiran tentang kebangkitan kembali Khilafah, yang oleh Barat dianggap sebagai ideologi ekstremis. Barat tentunya menyadari bahwa krisis Gaza, yang memicu seruan jihad dan Khilafah, menjadi sinyal bahaya bagi peradaban Barat dan sekaligus menandai awal kebangkitan Khilafah. Seruan ini menunjukkan bahwa semua usaha yang dilakukan Barat untuk menghalangi kebangkitan Khilafah telah menjadi sia-sia. Kesadaran ini semakin memperkuat tekad umat untuk menuntut perubahan dan mengembalikan sistem yang berdasarkan syariat Islam.

 

 

Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Netanyahu bulan lalu yang mengatakan, “Kami tidak akan menerima pendirian Khilafah di pesisir Mediteran. Saya sudah mengatakannya berkali-kali bahwa kami akan mengubah wajah Timur Tengah. Sekarang kami sedang mewujudkannya.”

 

 

Pernyataan serupa juga dikatakan oleh Anthony Blincen dan Bruno Ritelow. Saat ini Barat memang berupaya sekuat mungkin menghalangi tegaknya Khilafah dan mengalihkan pemikiran dan perasaan umat dari jihad dan Khilafah. Ini bukan pertama kalinya Barat mengetahui secara mendalam bahwa khilafah adalah ancaman, jauh sebelum hari ini, Lord Curzon, Menteri Luar Negeri Inggris tahun 1924, mengeluarkan pernyataan berikut, “Kita harus mengakhiri segala sesuatu yang membawa persatuan Islam dengan kaum muslim. Situasi saat ini adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan bangkit kembali, karena kita telah menghancurkan jantung kekuatan spiritualnya: Khilafah dan Islam.”

 

 

Menyikapi penentangan dari Barat, kita sebagai umat Islam harus meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan ajal atau batas waktu bagi setiap umat. Amerika Serikat dan Zionis pasti memiliki tenggat waktu mereka. Ketika saat itu tiba, mereka tidak akan dapat mempercepat atau memperlambatnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 34.
Khilafah adalah janji Allah dan Rasul-Nya, dan Allah serta Rasul-Nya tidak pernah mengingkari janji. Khilafah bagi umat Islam adalah sebuah prinsip yang disepakati oleh semua ulama. Saat ini, Khilafah menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam di seluruh dunia.

 

 

Dengan demikian, meskipun tegaknya Khilafah adalah suatu kepastian, para pengemban dakwah harus semakin giat dalam menyebarkan ajaran Islam. Upaya ini harus dilakukan tanpa henti hingga tercipta kesadaran umum di kalangan umat, di mana mereka memahami kewajiban mereka. Dengan cara ini, Allah akan memberikan pertolongan kepada dakwah dan kaum muslimin. Semua ini sangat mungkin terwujud jika dakwah yang dilakukan mengikuti metode Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yaitu melalui penyadaran yang berlandaskan akidah. Pendekatan ini akan membangun dukungan kuat dari umat, mendorong terjadinya perubahan yang mendasar. Wallahu’alam.