HIV/AIDS dan Kebebasan yang Menjerat

Lensa Media News – HIV/AIDS menjadi masalah global yang sulit untuk terpecahkan. Infeksi baru terus bermunculan bahkan dikatakan terus meningkat. Angka orang dengan HIV tiap tahunnya terus meningkat.
Data epidemiologi UNAIDS menyebutkan bahwa hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa. Data yang tercatat di Indonesia, terdapat sekitar 543.100 orang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021 (sindonews.com, 28/11/2022).
Belum lagi data terbaru di beberapa daerah tahun 2022 ini yang disinyalir juga mengalami peningkatan. Sebab yang paling sering dijumpai adalah perilaku seks bebas dan homo seks (republika.co.id, 2/12/2022). Hal ini seolah membudaya dan mengakibatkan perempuan serta anak menjadi korbannya (karena tertular).
Upaya preventif dilakukan pemerintah salah satunya adalah konsep “ABCDE”. Abstinence, artinya tidak berhubungan seks bagi yang belum menikah. Be faithful, setia pada satu pasangan seks. Condom, cegah lewat pemakaian kondom saat berhubungan seks. Drug no, jangan pakai narkotik. Educate, edukasi yang akurat terkait HIV tentang cara menular, mencegah dan mengobatinya kepada semua orang. Namun apa mau dikata, konsep tersebut belum mampu bahkan diduga memang tidak akan mampu mencegah penularan HIV/AIDS.
Solusi tersebut tidak menyentuh akar persoalan yaitu kebebasan berperilaku. Jika nilai-nilai kebebasan terus dianut oleh negara, maka tidak heran rakyatnya pun mengikuti gaya hidup yang diserukan oleh negara. Apalagi legalisasi perilaku menyimpang seperti homo seksual justru terus diberi ruang
Solusi yang dipandang sebagai hal terbaik saat ini adalah menghilangkan akar masalah sehingga keadaan tidak kian memburuk. Menganulir nilai-nilai kebebasan dari masyarakat dan menerapkan hukum Islam terbukti ampuh menyelesaikannya karena berasal dari Sang Pencipta. Islam jelas menutup pintu tersebut dengan mengharamkan semua kemaksiatan yang mengatasnamakan kebebasan.
Larangan Allah adalah bentuk cinta kepada manusia, maka penuhilah perintahnya dengan meninggalkan asas kebebasan yang sesat. Manusia pasti akan terbebas dari segala penderitaan dan Allah juga pasti menurunkan ketenangan setelahnya.
/Nurintan Sri Utami/