Impitan Ekonomi semakin Mencekik, PayLater Jadi Solusi?

20250521_165207

Oleh: Sabila Herianti

 

Lensamedianews.com__ Pascalebaran 2025, daya beli masyarakat mengalami penurunan. Fenomena penurunan daya beli ini meluas sehingga mengundang banyak keluhan dari para pedagang ritel di berbagai daerah, salah satunya di Pasar Tanah Abang, Jakarta.

 

Salah satu pedagang di sana mengeluhkan akan ramainya pengunjung yang hanya datang untuk melihat-lihat atau membandingkan harga saja tanpa berbelanja. Sebagian besar pengunjung lebih memilih berbelanja secara daring karena lebih mudah dan murah. Mengalami kondisi ini, para pedagang berharap pemerintah mampu membantu mereka dengan menciptakan ekosistem pasar fisik dan digital yang sehat dan seimbang, serta mendorong masyarakat untuk kembali berbelanja langsung di pasar. (metrotvnews.com 10-04-2025)

 

Penurunan daya beli masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah marak terjadi PHK, kenaikan harga-harga, peningkatan beban utang, dan lain-lain. Juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang semakin lesu. Sementara, demi bertahan hidup masyarakat harus berjuang sendiri dan mencari solusi secara mandiri agar tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup di tengah himpitan ekonomi yang semakin mencekik ini. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk berutang atau memanfaatkan layanan PayLater (pembayaran nanti) sebagai solusi. Meskipun terdapat bunga di dalamnya.

 

Sebagaimana catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), utang masyarakat Indonesia lewat layanan PayLater di sektor Perbankan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu mencapai angka Rp21,98 triliun per-Februari 2025 yang sebelumnya sebesar 22,57 triliun. (Liputan6.com, 11-04-2025)

 

Tidak dipungkiri, layanan PayLater memang sangat memudahkan masyarakat dalam berbelanja, khususnya belanja online. Namun, layanan ini dapat mendorong arus konsumerisme dan justru dapat menambah beban masyarakat akibat menumpuknya beban utang. Tidak hanya itu, layanan PayLater juga dapat menambah beban dosa yang akan menjauhkan dari keberkahan.

 

Sayangnya, layanan ini didukung penuh oleh sistem sekarang, yaitu sistem kapitalis yang mengukur kebahagiaan berdasarkan materi, tidak peduli halal-haram. Dalam sistem kapitalis, selama ada hal yang mampu menciptakan keuntungan, segala upaya akan dikerahkan untuk menjaga proses teraihnya keuntungan tersebut meskipun banyak pihak yang dirugikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa terjaganya budaya konsumerisme adalah salah satu tujuan dari pada sistem ini.

 

Sistem pada hari ini sungguh berbeda dengan sistem Islam yang mampu mendidik masyarakat agar mampu meningkatkan dan menjaga ketakwaan. Dengan sistem Islam, penerapan aturan Islam mampu dilakukan secara menyeluruh di berbagai aspek kehidupan, salah satunya pada aspek ekonomi. Dalam sistem Ekonomi Islam, kesejahteraan rakyat terjamin secara perorangan, dan segala praktik yang haram seperti praktik ribawi, penimbunan, dan sebagainya akan dihapuskan. Dengan begitu masyarakat mampu menjalani hidup dengan penuh kemudahan dan keberkahan.