Kebijakan Populis Bukan Solusi Masalah Pendidikan

20250520_181353

Oleh : Sri Haryati

(Komunitas Setajam Pena)

 

 

Lensamedianews.com_ Tiap tanggal 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Banyak hal yang disampaikan mengenai capaian pendidikan dan juga gagasan yang akan dipakai untuk program pendidikan ke depannya, demi meningkatkan mutu pendidikan.

 

Pendidikan yang berkualitas menjadi impian tiap orang, karena dengan pendidikan yang baik akan lahir generasi yang baik dan unggul. Tapi sayangnya pendidikan yang ada sekarang bisa dibilang memprihatinkan.

 

Sebanyak 400 lebih pelajar di SDN 4 Padurenan, Mustika Jaya, Kota Bekasi, terpaksa menjalani kegiatan belajar-mengajar di perpustakaan dan musala akibat kerusakan ruang kelas. Hal ini di sampaikan oleh Kepala Sekolah SDN 4 Padurenan. Bahwa sebanyak dua ruang kelas di sekolah tersebut sudah berada dalam kondisi rusak parah sejak akhir tahun 2024 lalu. Selain itu, satu ruang kelas lainnya mengalami kerusakan sejak dua pekan terakhir, (Tirto.id, 2-5-2025).

 

Kondisi seperti ini jika tidak segera ditangani, akan membuat ketidak nyamanan pagi peserta didik yang nantinya akan menimbulkan kemunduran prestasi bagi para siswa.

Di sisi lain Presiden Republik Indonesia pada pidatonya dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, beliau meluncurkan berbagai program untuk perbaikan pendidikan di negeri ini. Di antaranya pembangunan atau renovasi sekolah dan bantuan untuk para guru.

 

Pada kenyataannya saat ini penyelenggara pendidikan di Indonesia sering menemui banyak permasalahan, misal tentang fasilitas dan juga sarana untuk menunjang jalannya pendidikan yang tergolong tidak layak. Rendahnya gaji guru juga sering menjadi keluhan para pelaksana didik.

 

Setiap negara mestinya ada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Ini berarti ada juga anggaran dana untuk pendidikan. Tetapi hal ini sudah menjadi rahasia umum, seringnya terjadi kebocoran anggaran dan maraknya korupsi di negeri ini yang mengakibatkan dana tidak bisa digunakan sebagai mana mestinya. Maka yang terjadi terkadang pembangunan gedung sekolah tidak seperti yang diharapkan.

 

Dan juga sering gonta-ganti kurikulum pendididkan menjadikan para guru mempunyai beban yang sangat banyak tapi minim gaji. Akibatnya kehidupan pengajar atau guru menjadi buruk dan jauh dari kata sejahtera. Inilah gambaran dari potret pendidikan di negeri kita.

 

Kebijakan pemerintah sering kali merugikan rakyat. Peraturan pemerintah seringkali bertolak belakang dengan kepentingan rakyat, termasuk dalam bidang pendidikan. Negara yang menjalankan kapitalisme dalam mengatur kehidupannya akan senantiasa berpikir tentang keuntungan yang akan didapat dulu, bukan bagaimana negara menyejahterakan rakyat. Bahkan negara sedikit demi sedikit berlepas tangan dari tugas yang semestinya. Seharusnya pendidikan itu adalah tanggung jawab sepenuhnya negara dan tidak pantas negara abai, bahkan sampai menyerahkan hal ini ke pihak swasta.

 

Dan aturan Islam sangat peduli kepada semua kebutuhan umat, sandang, pangan, papan, pendidikan dan juga kesehatan. Semua itu akan menjadi tanggung jawab negara. Kesadaran bahwa Pendidikan menjadi kebutuhan yang mendasar bagi umat ini akan diimbangi dengan sarana dan prasarana yang bagus. Gaji guru sangat diperhatikan supaya bisa mengajar dengan maksimal, dengan begini akan lahir generasi yang memiliki intelektualitas yang tingi dan kejayaan sebuah negara akan terwujud.
Wallahu a’lam bishshawab.