Gaza Dijual, Muslim Diam: Sampai Kapan?

Oleh: Widhy Lutfiah Marha
Pendidik Generasi
LenSaMediaNews.Com, Opini–Saat dunia melihat Gaza hancur lebur akibat agresi Israel, sebagian masih berharap ada solusi damai. Tapi mari kita jujur: solusi macam apa yang bisa diharapkan dari para pemimpin dunia yang selama ini justru menjadi bagian dari masalah? Donald Trump adalah contoh nyata dari kepalsuan itu.
Awalnya, ia seolah mendukung rekonstruksi Gaza. Bahkan, Mesir yang punya kedekatan geografis dan sejarah dengan Palestina mengajukan proposal untuk membangun kembali wilayah itu. Tapi apa yang terjadi? Trump menolaknya mentah-mentah. Semua omongannya dari awal hingga sekarang hanya permainan kata yang mengarah ke satu tujuan: mengambil alih Gaza dan memberikannya sepenuhnya kepada Zionis (tribunnews.com, 06-03-2025).
Trump bukanlah pemimpin yang konsisten dalam banyak hal. Tapi ada satu hal yang selalu ia pegang teguh: kepentingan Israel di atas segalanya. Dan ia bisa percaya diri mengatakan apa saja karena tahu bahwa para pemimpin negara muslim, terutama Mesir dan Yordania, sudah ada di pihaknya.
Pengkhianatan Para Pemimpin Muslim
Mari berhenti sejenak dan berpikir. Mengapa Trump bisa sebegitu percaya dirinya? Mengapa ia bisa terang-terangan menolak rekonstruksi Gaza dan bahkan mengancam mujahidin dalam cuitannya?
Jawabannya pahit, tapi harus diakui: karena para pemimpin negara Muslim sendiri sudah tidak berpihak pada Palestina.
Mesir dan Yordania, yang seharusnya berdiri di garis depan membela Palestina, justru lebih sibuk memastikan hubungan baik dengan Amerika Serikat tetap terjaga. Mereka bukan lagi perisai bagi rakyat Palestina, melainkan perpanjangan tangan kepentingan Barat.
Dan mereka tidak sendirian. Banyak negara muslim lain memilih diam, menghindari konfrontasi, atau lebih buruk lagi secara diam-diam ikut bermain dalam skenario yang telah disusun. Ini bukan lagi sekadar pengabaian, ini adalah pengkhianatan terang-terangan.
Selama para pemimpin muslim lebih takut kehilangan hubungan dengan Amerika daripada kehilangan nyawa ribuan warga Palestina, maka Gaza akan terus menjadi lahan pembantaian.
Berhenti Bermimpi, Saatnya Bertindak
Sekarang pertanyaannya: apakah kita akan terus menunggu solusi dari mereka yang justru menjadi bagian dari masalah? Atau sudah waktunya untuk mengambil langkah nyata?
Jawabannya jelas. Keadilan sejati bagi umat Islam, termasuk saudara-saudara kita di Palestina, tidak akan pernah lahir dari perundingan timpang yang sarat kepentingan atau dari kekuatan yang tidak berpihak pada kebenaran.
Umat Islam perlu membuka mata, melihat persoalan ini secara menyeluruh dan mendalam. Solusi yang hakiki tidak terletak pada diplomasi yang penuh ilusi, melainkan pada jalan yang ditetapkan oleh syariat: jihad dan khilafah.
Jihad merupakan kewajiban suci untuk membela tanah yang diberkahi dan hak-hak kaum muslimin yang telah dirampas, termasuk Palestina yang memiliki nilai historis dan religius sangat tinggi. Allah Swt. berfirman yang artinya, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(TQS. Al-Baqarah: 190)
Zionis, yang secara ilegal menduduki bumi Palestina, telah merampas tanah milik kaum muslimin. Oleh karena itu, jihad adalah sarana yang sah untuk mengusir penjajah dan membebaskan umat dari penindasan. Namun, jihad sebagai solusi tuntas tak akan terwujud tanpa adanya kekuatan politik yang bersandar sepenuhnya pada Islam, yakni Khilafah.
Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang sah dan syar’i, yang akan mempersatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Khilafah hadir untuk menghapus sekat-sekat yang melemahkan kekuatan umat, dan menggantinya dengan persatuan yang berlandaskan syariat. Di bawah Khilafah, umat memiliki kekuatan nyata untuk melawan penjajahan, termasuk terhadap Zionis, dan berdiri teguh membela Palestina.
Negara Khilafah juga akan menggerakkan seluruh sumber daya dan kekuatan militer demi kepentingan umat, bukan untuk melayani kepentingan asing. Dengan kesatuan politik ini, umat Islam akan mampu menghadapi tekanan global secara kokoh dan bersatu, menjadikan Khilafah sebagai solusi adil dan tuntas bagi masalah Palestina.
Namun, jalan menuju jihad dan Khilafah membutuhkan peran aktif umat. Diperlukan sebuah partai politik Islam ideologis yang konsisten dan berani, yang berfungsi untuk mencerdaskan umat dan membekali mereka dengan pemahaman Islam yang murni. Partai ini akan membimbing umat agar tidak terjebak dalam narasi-narasi palsu yang diciptakan Barat dan sekutunya.
Dengan khilafah, umat Islam tidak hanya akan memperoleh keadilan di Palestina, tetapi juga di seluruh dunia. Inilah jalan mulia yang menuntut komitmen dan perjuangan bersama. [LM/ry].