Idulfitri Tanpa Palestina

20250411_192855

Oleh: Bunda Erma E

Pemerhati umat dan generasi

 

LenSaMediaNews.com, Opini–Suka cita hari raya Idulfitri dirasakan oleh seluruh kaum muslim di seluruh dunia, tapi tidak oleh penduduk Gaza. Dua kali hari raya kaum muslim di Gaza tidak bisa merayakan idulfitri sebagaimana kaum muslim pada umumnya.

 

Idulfitri tahun ini, militer Israel telah menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza pada pagi hari Idulfutri, Ahad 30 Maret 2025. Al Jazeera telah mengabarkan bahwa warga Palestina menggelar Salat Idulfitri saat serangan Israel terus berlanjut. Tercatat 9 Orang Tewas Termasuk 5 anak (cnnindonesia.com, 30-3-2025).

 

Bengis, mungkin kata yang tepat menggambarkan kebrutalan dan kebiadaban Israel. Pembantaian yang mereka lakukan ke warga Gaza benar-benar sudah keterlaluan. Gencatan senjata yang mereka sepakati sudah kesekian kalinya mereka ingkari. Pembantaian secara brutal Zionis lakukan tak peduli itu disaat kaum muslimin Gaza sedang berpuasa dan merayakan idulfitri.

 

Mirisnya, kondisi Palestina yang makin parah ini, tak sedikit pun mengetuk hati, mata dan telinga penguasa negeri-negeri muslim untuk kemudian membantu Palestina secara riil. Politik yang mereka lakukan sebatas kecaman dan kutukan tidak lebih sekedar retorika dan basa basi. Padahal sejatinya mereka masih bungkam dan menutup mata terhadap pembantaian yang terjadi di Gaza.

 

Hebatnya, keimanan kaum muslim Palestina makin kokoh mempertahankan bumi tempat tinggal mereka, yang secara historis telah dibebaskan dengan darah para syuhada. Selain itu, semangat menjalankan ibadah puasa Ramadan di tengah sulitnya akses makanan dan minuman tidak menjadikan kaum muslim di Gaza lemah. Salat Eid pun tetap berlangsung di hari Ahad, 30 Maret 2025, meski setelah itu mereka lanjutkan dengan salat jenazah, MasyaAllah.

 

Hampir delapan belas bulan kondisi Palestina menghadapi penjajahan Zionis Israel sendirian tanpa bantuan. Jeritan mereka mengharap bantuan dari kaum muslim di wilayah lain terus mereka serukan, namun tetap tak kunjung datang. Disisi lain setelah beberapa hari gencatan senjata diumumkan, kebiadaban Israel kembali membabi buta.

 

Wahai dunia Islam, kurang bukti apa lagi? Gencatan senjata bukan solusi dari Palestina. Israel tidak pernah mengenal istilah damai. Mereka hanya mengenal bahasa perang. Gencatan senjata bagi Zionis sebatas menghela nafas sejenak dan melepas lelah dalam peperangan, untuk mengisi amunisi dan berperang kembali.

 

Netanyahu sendiri dalam pidatonya sudah menegaskan, bahwa serangan ini tidak akan berakhir sampai warga Gaza habis. Statemen dan  serangan tentara Israil menunjukkan bahwa solusi dua negara yang digagas oleh Amerika dan PBB hanyalah basa basi semata yang tidak pernah disepakati oleh Zionis.

 

Trump sendiri dalam pidatonya ketika dilantik sebagai Presiden Amerika juga makin menegaskan bahwa AS mendukung penuh yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Seluruh dunia juga paham bahwa Israel tidak mungkin bisa melakukan penjajahan sampai hari ini jika AS tidak memberikan dukungan dana dan persenjataan militer.

 

Israel juga tidak mungkin seberani ini kecuali dia sudah mengikat perjanjian negara-negara Arab, memastikan mereka tidak melakukan perlawanan serta mau bekerja sama mendukung Zionis, bahwa mereka tidak akan mengirimkan militer dan senjata kepada Palestina.

 

Hubungan mesra para penguasa negara Arab dengan melakukan normalisasi dengan Israel justru menjadi bukti kuat bahwa mereka masih setia dengan Amerika dan dengan senang hati menjadi buffer bagi Israel.

 

Saatnya dunia Islam sadar, bahwa solusi hakiki untuk Palestina bukan kemerdekaan dari Zionis atau PBB. Karena selamanya mereka tidak akan memberikannya. Kemerdekaan bagi Palestina akan terjadi ketika penguasa negeri-negeri muslim berani mengirimkan pasukan militer dan senjata memerangi Zionis dan Amerika sampai mereka keluar dari bumi Palestina. Wallahualam bissawab. [LM/ry].