Maksiat Dipublikasi Hingga Jadi Lifestyle, Hanya Ada di Demokrasi Sekular

IMG-20191022-WA0011

Viral di jagat maya, Mark Westlife yang mengumumkan kelahiran anaknya bersama kekasih sejenisnya. Anak itu diperoleh dari hasil surogasi, alias penyewaan rahim. Geliat kehidupan penyuka sesama jenis ini memang terlihat semakin ‘aman’ di beberapa negara. Tak kalah menghebohkan, di Indonesia tema penyimpangan perilaku seksual, diangkat menjadi novel best seller bahkan difilmkan. Film berjudul Sin, yang mengisahkan lika liku drama percintaan dua orang kakak beradik. Meskipun di akhir film ternyata keduanya bukan saudara kandung, namun justru adegan romantis drama percintaan ini terjadi kala keduanya mempertahankan ‘cinta terlarang.’

 

Sungguh miris dan memprihatinkan. Bukan hanya bebas melenggang, kemaksiatan justru dipublikasi dan dipromosikan. Semua bisa terjadi karena standar perbuatan tak lagi diletakkan pada hukum agama. Ketika agama disingkirkan, kebebasan pun dipuja. Apapun layak dilakukan asalkan menghasilkan kepuasan semata. Inilah cara pandang mendasar sistem sekularisme demokrasi. Wajar saja, hanya dalam model kehidupan saat ini kemaksiatan menjadi lifestyle yang terus dipromosikan. Akibatnya, kerusakan generasi pun menjadi taruhannya. Pergaulan bebas tanpa batas, rusaknya nasab keturunan, hingga berbagai varian perilaku penyimpangan seksual. Mengerikan.

 

Saatnya melepaskan jerat kebebasan dengan kembali menggenggam Islam sebagai panduan. Tiga pilar yang mampu menjamin terselamatkannya akhlak generasi, pertama ketakwaan individu. Negara berkewajiban menanamkan dan membina keimanan rakyat agar selalu menyelaraskan perbuatannya sesuai dengan hukum Islam. Kedua, kontrol masyarakat. Kewajiban amar makruf nahi mungkar menjadikan setiap orang dalam masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan negerinya dari kemaksiatan. Pilar ketiga adalah negara yang menerapkan seluruh syariat Islam. Hukum-hukum pergaulan dan pelanggaran bagi pelaku kemaksiatan tegas ditegakkan. Sistem inilah yang dibutuhkan umat saat ini, untuk menyelamatkan kehidupan di dunia maupun akhirat. [RA-WuD]

Dede Yulianti, Bogor