Nasionalisme Penghalang Pembebasan Palestina

20250619_063406

Oleh : Dinar Rizki Alfianisa

 

LenSaMediaNews.Com–Puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza dideportasi oleh Pemerintah Mesir. Aksi Global March to Gaza yang sedianya dimulai pada Minggu, 15 Juni 2025,  bertujuan menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza yang digempur Israel sejak Oktober 2023 menjadi sedikit terguncang.

 

Ada sekitar 30 aktivis di hotel dan Bandara Internasional Kairo yang disebut tidak mengantongi izin yang diperlukan. Di sisi lain para aktivis dan advokat yang berencana mengikuti Global March to Gaza, mengatakan pemerintah Mesir melakukan razia dan deportasi tanpa mengungkapkan alasan eksplisit.

 

Pemerintah Mesir sendiri secara terbuka menentang blokade Israel di Gaza dan mendesak genjatan senjata segera. Namun, Mesir juga getol membungkam pembangkang dan aktivis yang mengkritik hubungan diplomati Mesir-Israel (kompas.tv, 12-06-2025).

 

Nasionalisme sebagai Pintu Penghalang

 

Munculnya gerakan Global March to Gaza (GMTA) menunjukkan kemarahan umat yang sangat besar. Berkumpulnya ribuan aktivis dari puluhan negara di Mesir menandakan bahwa umat tidak lagi bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional yang ada hari ini.

 

Tertahannya mereka di pintu Raffah justru semakin menunjukkan pula bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan bisa menjadi solusi masalah Gaza. Tembok besar penghalang sesungguhnya adalah Nasionalisme dan konsep negara bangsa. Paham ini telah berhasil dibangun oleh penjajah di negeri-negeri kaum muslim.

 

Dengan adanya sekat-sekat negara bangsa, para penguasa muslim dan tentara mereka telah pupus hati nuraninya. Mereka rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mereka dengan dalih “bukan rakyat mereka”. Bahkan yang lebih miris jika mereka tunduk dan patuh kepada tuannya yakni Amerika.

 

Sekat Nasionalisme dan negara bangsa menjadikan kaum muslim bersikap apatis terhadap saudaranya sendiri. Padahal Rasulullah telah mengatakan bahwa kaum muslim itu ibarat satu tubuh, dimana ketika satu bagian tubuh merasakan sakit maka bagian lainnya ikut merasakan hal yang sama.

 

Kaum Muslim Wajib Bersatu

 

Umat muslim harus memahami betapa bahayanya paham Nasionalisme dan konsep negara bangsa. Kedua paham tersebut digunakan para penjajah untuk memecah belah kaum muslim di seluruh dunia. Sejarah telah membuktikan bahwa kaum muslim yang pernah bersatu selama hampir 14 abad lamanya diruntuhkan dan dipecah belah menjadi negara-negara bangsa.

 

Melihat dari sejarah juga, dibawah satu kepemimpinan bagi kaum muslim seluruh dunia maka kedamaian dapat tercipta. Kekuatan yang dimiliki mampu menjaga setiap jiwa, harta dan kehormatan rakyatnya. Karena dalam Islam, membunuh satu jiwa tanpa alasan yang dibenarkan sama seperti membunuh seluruh umat manusia. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai satu nyawa dalam Islam.

 

Kaum muslim harus paham bahwa solusi untuk menyelesaikan konflik Palestina harus bersifat politik, yakni membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia. Yaitu Daulah Khilafah.  Bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam adalah perkara yang urgen.Wallahualam. [LM/ry].